16 Oktober 2011
Perjalanan
kali ini merupakan inisiatif dari satu orang anggota lawalata untuk
menelusuri goa. Penelusuran ini diawali dengan memilih kawasan goa mana
yang akan kita turuni nantinya. Pertama – tama kita mempunyai ide akan
mencoba mengekplor kembali goa – goa yang berada di ciampea karena ada
dua anak SMA yang mau ikut untuk penelusuran goa. Pertimbangannya karena
anaknya masih SMA kami memutuskan memilih ciampea, selain tempatnya
dekat akses menuju sampai ciampea juga mudah. Pada saat mempersiapkan
barang, sispala dari sma kornita (wapala) membatalkan untuk ikut caving
ke ciampea. Setelah mendengar kabar batal, kami bertiga memutuskan untuk
pergi ke goa yang berada di citeurep (desa tajur).
Persiapan
alat – alat caving pun dimasukkan kedalam tas, seperti harness,
carabiner, webbing dll. Setelah peralatan safety procedure siap, kami
berangkat dari sekred lawalata jam 00.00 menuju citeurep. Perjalanan
menuju base camp linggih alam, sempat tertunda dikarenakan kita nyasar
menuju arah cilengsi dan sampai pos pukul 03.00.
Esok
harinya, 2 anak wapala menyusul kami dan sampai basecamp jam 09.30.
Setelah semua tim berkumpul, kami mendiskusikan dengan mapala gunadarma
goa mana yang akan kita ekplore. Mapala gunadarma yang sudah lama
mengekplore goa – goa di tajur menyarankan ke goa cikenceng karena goa
ini merupakan goa horizontal dan didalamnya terdapat 2 air terjun.
Tim
berangkat dari base camp jam 12 siang, dan suasana di sekitar goa cukup
panas. Lokasi ini merupakan kawasan karst dan di kawasan ini pula
terdapat penambangan kapur oleh inducement. Perjalanan trekking menuju
goa cukup lah panas, baju yang kita pakai basah oleh keringat selama
perjalanan. Menuju mulut goa, kita disambul oleh ular hijau yang
bergelantungan di ranting pohon. Sebelum memasuki goa, kita mengusir
ular dengan tongkat supaya saat masuk goa tidak terganggu oleh ular.
Setelah
ular pergi, satu per satu dari kita memasuki mulut goa. Ekplore dimulai
pukul 1 siang dan ditargetkan untuk kembali pukul 4 sore. Mulut goa
cikenceng yang sempit, mengharuskan kita untuk melenturkan tubuh
mengikuti morgologi dari bentuk goa tersebut. Perasaan pertama masuk goa
cikenceng adalah udara yang sejuk. Udara yang sejuk ini dipengaruhi
oleh sitem per goannya yang terdapat aliran arus, sehingga terdapat
aliran udara yang sejuk. Ekplore dimulai pukul 1 siang dan ditargetkan
untuk kembali pukul 4 sore. Memasuki lorong – lorong goa kita terkadang
harus merangkak, berjalan kayak kepiting, dan kadang harus memakai
webbing.
30
menit perjalanan, kami menemukan air terjun pertama dengan ketinggian
sekitar 4 meter. Untuk menaikinya kita harus memanjat terlebih dahulu.
Setelah satu orang sampai di atas, langsung pasang pengaman dengan
webbing untuk mempermudah menaikinya. Jalur yang licin, kadang membuat
tim harus saling bantu membantu terkadang harus menariknya dan terkadang
harus menaiki punggung dari salah satu tim. Air terjun didalem goa
berbeda dengan yang biasa kita liat biasanya. Airnya tidak terlalu deras
dibandingkan dengan air terjun di gunung. Di goa air terjunnya cukup
unik, karena kita bisa melihat batu batuan stalakmit disekitarnya selain
itu keindahannya jadi terasa berbeda karena didadalam perut buni
terdapat juga air terjun. Jarak air terjun pertama dan kedua tidak
berjauhan sekitar 15 menit dan ketingginannya tidak jauh berbeda.
Pukul
15.00, kita beristirahat dan memakan santap siang. Menu kali ini adalah
nasi tongkol masakan rumah. Cita rasa makan di goa berbeda ketika makan
di warteg ataupun restoran mewah, di goa kita dapat merasakan nikmtanya
makanan dengan suasana gelap gulita.
Istirahat
selesai, kami pun kembali lagi ke mulut goa. Sesampai di mulut goa,
kita menemukan kembali ular yang tadi saat masuk goa. Perasaan saya saat
itu tidak enak, karena ular yang sama menunggu di mulut goa, dan tanpa
tujuan yang jelas. Setelah ular di usir kamo keluar goa sekitar pukul
16.00 sore.
“Hanya ada keindahan di kegelapan. Tak lain GOA”