“Aku percaya bumi emas tanah
airku sepanjang masa’kan menghijau dan selalu. Dan disana, hutan – hutan rimbun
memanggil hujan. Kutipan dari Gesang (1963). 12 April 2015 saya melakukan
pendakian ke gunung pangrango, salah satu bumi emas yang ada di Indonsia. Saya
melakuan pendakian mendampingi siswa pecinta alam SMA KORNITA atau biasa
disebut WAPALA. Pendakian ini, bagi sebagian dari anggota WAPALA merupakan
pertama kalinya.
Pintu gerbang pendakian TNGP |
Kita berangkat dari pos perizinan
pukul 12.30, cuaca saat itu mendung dan agak gerimis. Targer kita yaitu
mendirikan camp di post kandang badak. Perjalanan menuju kandang badak, berbatu
dan relative landai. Sebelum sampai di kandang badak, kita menjumpai beberap
pos yang menarik seperti telaga warna, air terjun cibeurem, sumber air panas dan
kandang batu. Kita sampai kandang badak, sekitar pukul 19.00 dan setelah itu
mendirikan camp.
Esok hari nya kita summit ke
puncak pangrango dari kandang badak sekitar pukul 08.30. jalan ke puncak
pangrango, masih alami. Enggak seperti dari post perizinan ke kandang badak,
ini jalurnya masih tanah dan akar – akar pohon banyak di sekitar jalur. Kita
sampai puncak pangrango sekitar pukul 11.30. puncak pangrango sangat berbeda
dengan puncak gede. Pangrango, hanya ada symbol triangulasi tidak ada
pemandangan yang begitu bagus. Pangrango memang terkenal dengan mandalawinya.
Lembah Mandalawangi |
Lembah mandalawangi, letaknya
tidak jauh dari puncak. Sekitar 10 menit dari puncak. Lembah mandalangi, yah
ada menyebutnya lembah kasih ada juga lembah abadi edelweiss. Di ketinggian
3000an mdpl, disini seperti melihat lapangan bola di atas gunung. Luas, dan
dikelilingi oleh bukit – bukit. Mandalawangi, akan selalu identik dengan
edelweiss. Bunga yang disimbolkan dengan keabadian, dan kekelan. edelweis bisa
dikatakan symbol dari gunung gede dan pangrango, bunga abadi. “mungkin Tuhan
menciptakan tanah pasundan dengan tersenyum “.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar